BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang
terutama disebabkan karena peyempitan ateri koronaria akibar proses
aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok
penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju
dan di Negara berkembang. Di USA setiap tahunnya 550.000 orang meningggal karena penyakit ini. Di EROPA di
perhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta
pendudul menderita PJK.
Hasil survei yang dilakukan departemen kesehatan RI
menyatakan prevalensi PJK di Indonesia dr tahun ke tahun terus meningkat.
Bahkan, sekarang tahun (2000-an) dapat dipastikan, kecendrungan penyebab
kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular
(antara lain PJK) dan generative.
Manifestasi klinik PJK yang klasik adalah angina pectoris.
Angina pectoris adalah suatu sindroma klinis dimana didapatkan sakit dada yang
timbul pada waktu melakukan aktifitas karena adanya iskemik miokard. Hal ini
menunjukan bahwa telah terjadi >70%
penyempitan arteri koronaria. Angina pectoris dapat muncul akibat angina
pectoris stabil (APS, stable angina)
dan keadaaan ini bisa berkembang lebih berat dan menimbulkan sindroma koroner
akut (SKA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung mendadak (heart attack) dan bisa menyebabkan kematian.
BAB II
ISI
ASKEP
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
A. Pengertian
Penyakit Jantung
Koroner (PJK) adalah keadaaan
dimana terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan otot jantung atas oksigen
dengan penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah koroner.
Ketidak mampuan
pembuluh darah koroner untuk menyediakan kebutuhan oksigen biasanya diakibatkan
oleh penyumbatan athroma (plak)
B. Etiologi
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner dapat diturunkan secara turun temurun (keturunan).
Mungkin juga merupakan perkembangan seperti pada usia lanjut dan pembentukan
paque didalam arteri yang berlangsung lama. Anda bisa terkena penyakit jantung
koroner jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang
dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi
penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan
gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi
lemak dan kurangnya olah raga.
Penyakit arteri
koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi ditemukan
pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan faktor
penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang
meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah: Diet kaya lemak,
Merokok, Malas berolah raga.
Kolesterol dan
Penyakit Arteri Koroner
Resiko terjadinya
penyakit arteri koroner meningkat pada peningkatan kadar kolesterol total dan
kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah. Jika terjadi peningkatan kadar
kolesterol HDL (kolesterol baik), maka resiko terjadinya penyakit arteri
koroner akan menurun.
Makanan mempengaruhi
kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi resiko
terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu
mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan
kadar kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah
berkembangnya penyakit arteri koroner.
Menurunkan kadar LDL
sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki faktor resiko berikut:
Merokok sigaret, Tekanan darah tinggi, Kegemukan, Malas berolah raga, Kadar
trigliserida tinggi # Keturunan # Steroid pria (androgen).
B. Tanda dan gejala :
·
Dada
terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar; dapat
menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)
·
Sesak
napas
·
Berdebar-debar
·
Denyut
jantung lebih cepat
·
Pusing
·
Mual
·
Kelemahan
yang luar biasa
Resiko dan insidensi
Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang
paling lazim dan merupakan penyebab utama kematian di USA.Walaupun data
epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian penyakit ini tetap
merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan
penanganan. Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang
berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 %. (Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan Dep.kes, 1993).
Faktor resiko yang
berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis
sebagai berikut:
1. Sifat pribadi
Aterogenik.
Sifat aterogenik
mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini
bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan
& Stamler, 1991).
2. Kebiasaan hidup
atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang
mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu
kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik,
penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah
gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko
kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko
yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan
dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor
resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor
resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis
kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
Pencegahan
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi
dengan melakukan beberapa tindakan berikut:
·
Berhenti
merokok
·
Menurunkan
tekanan darah
·
Mengurangi
berat badan
·
#Melakukan
olah raga.
C. Patofisiologi
Manifestasi
PJK disebabkan karena ketidak seimbangan antara kebutuhan O2 sel otot jantung
dengan masukannya. Masukan O2 untuk sel otot jantung tergantung dari O2 dalam
darah dan pembuluh darah arteri koroner. Penyaluran O2 yang kurang dari a.
Koroner akan menyebabkan kerusakan sel otot jantung. Hal ini terutama
disebabkan karena proses pembentukan plak aterosklerosis (sumbatan di pembuluh
darah koroner). Sebab lainnya dapat berupa spasme (kontraksi) pembuluh darah
atau kelainan kongenital (bawaan).
Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan
kematian sel otot jantung, yaitu disebut dengan infark jantung akut yang
ireversibel (tidak dapat sembuh kembali). Hasil dari kerusakan ini juga akan
menyebabkan gangguan metabolik yang akan berefek gangguan fungsi jantung dengan
manifestasi gejala diantaranya adalah nyeri dada.
D. Mekanisme hipertensi meningkatkan
resiko
Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau
di atas 90 mmHg setelah 6-12 bulan tanpa terapi obat, maka orang itu di anggap
hipertensi dan resiko tambahan bagi penyakit jantung koroner.
Secara sederhana di katakan peningkatan tekanan darh
mempercepat arterosklerosis dan arteriosklerosis sehinggan ruptur dan oklusi
vaskuler terjadi sekitar 20 tahu lebih cepat daripada orang dengan normotensi.
Sebagian mekanisme terlibat dalam proses peningkatan tekanan darah yang
mengkibatkan perubahan struktur di dalam pembuluh darah, tetapi tekaan dalam
beberpa cara terlibat langusng. Akibatnya, lebih tinggi tekanan darah, lebih
besar jumlah kerusakan vaskular.
Komplikasi utama dari
penyakit arteri koroner
angina dan serangan
jantung (infark miokardial).
Studi diagnostik
ECG menunjukan:
adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau
hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan
adanya nekrosis.
Enzym dan isoenzym
pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam.
Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
Elektrolit:
ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan
kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
Whole blood cell:
leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
Analisa gas darah:
Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata akut.
Kolesterol atau
trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya
arteriosklerosis.
Chest X ray: mungkin
normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
Echocardiogram:
Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing
ruang pada jantung.
Exercise stress test:
Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
E. Penatalaksanaan :
Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya hidup,
obat-obatan dan prosedur khusus.
Perubahan gaya hidup :
- Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan memp[ertahankan berat badan sehat.
- Berhenti merokok
- Olah raga
- Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
- Kurangi stress
Obat :
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan keluhan penyakit jantung koroner. Obat lain mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak.
- Obat penurun kolesterol
- Anti koagulan
- Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
- Penyekat ACE
- Penyekat BETA
- Penyekat kalsium
- Nitrogliserin
- Nitrat
- Obat Trombolitik
- Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan memp[ertahankan berat badan sehat.
- Berhenti merokok
- Olah raga
- Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
- Kurangi stress
Obat :
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan keluhan penyakit jantung koroner. Obat lain mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak.
- Obat penurun kolesterol
- Anti koagulan
- Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
- Penyekat ACE
- Penyekat BETA
- Penyekat kalsium
- Nitrogliserin
- Nitrat
- Obat Trombolitik
Prosedur khusus :
- Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit. Prosedur ini meningktkan aliran darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit dada, dan mencegah serangan jantung.
- Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri atau vena dari bagian tubuh lain untuk melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung
- Latihan / exercise
- Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit. Prosedur ini meningktkan aliran darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit dada, dan mencegah serangan jantung.
- Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri atau vena dari bagian tubuh lain untuk melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung
- Latihan / exercise
Pencegahan :
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan mengontrol faktor-faktor resiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan kita mungkin mencegah atau menunda perkembangan penyakit jantung koroner.
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan mengontrol faktor-faktor resiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan kita mungkin mencegah atau menunda perkembangan penyakit jantung koroner.
D. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Penyakit Jantung Koroner
a. Biodata Pasien
Nama : Tn “S “
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Aceh/Indonesia
Status Perkawinan : kawin
Pendidikan : SMP tamat
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : jln.medan-b,aceh
no.54 kuala simpang
b. Biodata Penanggung jawab
Nama : Tn. “M”
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki.
Agama : Islam
Suku/bangsa : aceh/Indonesia
Pendidikan : tamat SMA
Pekerjaan : Karyawan pertamina
Hubungan dg pasien : Ayah
Alamat : jln.medan-b,aceh no.54
kuala simpang
c. Keluhan Utama
Sesak nafas.
d. Riwayat
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Selama 3 bulan klien merasakan
sesak kemudian berobat ke dokter umum, dan mulai satu hari kemarin sesak
bertambah berat, terus menerus mulai pagi siang dan malam, sesak sedikit
berkurang bila pasien duduk malam hari sulit tidur kadang nyeri dada tidak menjalar,
karena keluhan tidak berkurang bahkan bertambah berat klien dibawa ke IRD Dr
Soetomo Surabaya dan masuk ruangan Cardiology.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien menderita penyakit tekanan
darah tinggi, sesak nafas (sakit jantung) sejak tahun 2000 dan tidak kontrol
secara teratur.
Pasien pernah MRS dengan keluhan
yang sama bulan Nopember tahun 2000 di RS Sukorejo Mojokerto dan kadang klien
(2x) kontrol ke RS Batu Malang.
Klien tidak pernah menderita penyakit kencing
manis, TBC. Atau penyakit menular dan menahun yang lain
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut klien dan keluarga dari
pihak keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit hypertensi, penyakit DM
ataupun penyakit menular lain seperti TBC yang menyebabkan harus MRS di Rumah
Sakit.
Penyakit yang pernah diderita hanyalah batuk, pilek dan panas biasa dan berobat ke dokter atau membeli obat kemudian sembuh.
Penyakit yang pernah diderita hanyalah batuk, pilek dan panas biasa dan berobat ke dokter atau membeli obat kemudian sembuh.
e. Pola Aktifitas Sehari –hari
(Activity Daily Living)
NO AKTIFITAS DI R U M A H DI
RUMAH SAKIT
SEHAT SAKIT
1 Pola Nutrisi Makan 3 kali sehari,
porsi satu piring habis sakali makan habis, komposisi makan terdiri dari nasi,
lauk seperti tahu, tempe, ikan, telur dan daging, memakai sayur seperti bayam
dan sawi, kadang snack, pasien tidak berpantang terhadap jenis makanan
tertentu, Minum 6 – 7 gelas /hari air putih kadang – kadang teh. Makan 3 kali
sehari porsi 4 – 5 sendok makan, sedikit sayur dan lauk
Minum 5 – 6 gelas/hari air putih kadang the pasien mengatakan nafsu makan menurun Pasien baru makan 1 kali sehari porsi yamg disediakan RS tidak habis kurang lebih 2 – 3 sendok makan nafsu makan menurun karena sesak dan sakitnya Minum 4 – 5 gelas/hari air putih
Minum 5 – 6 gelas/hari air putih kadang the pasien mengatakan nafsu makan menurun Pasien baru makan 1 kali sehari porsi yamg disediakan RS tidak habis kurang lebih 2 – 3 sendok makan nafsu makan menurun karena sesak dan sakitnya Minum 4 – 5 gelas/hari air putih
2 Pola Eliminasi Bab 1 – 2
kali/hari, Bab di WC, warna kuning trengguli bau khas faeces, konsistensi lunak
dan tidak ada ahambatan dalam pengeluaran faeces
BAB 3 – 4 kali sehari warna
kuning jernih, bau khas urine, jumlah tak terobservasi tidak ada hambatan dalam
proses BAK tak nyeri.
BAB sejak 2 hari yng lalu
baru 1 kali, konsistensi agak padat, warna kuning kecoklatan di WC jumalh faeces
tak terobservasi.
BAK 3 – 4 kali/hari warna kuning
jernih dan tak terobservasi tidak ada hambatan Sejak MRS klien belum buang air
besar, BAK dengan dower catheter , warna kuning jernih tidak ada hambatan dan
tidak ada endapan, bau khas urine, tidak nyeri daerah kelamin, jumlah urine
tampung saat dikaji 500 cc.
3 Pola Istirahat/tidur Tidur sehari semalam 7 – 8 jam
3 Pola Istirahat/tidur Tidur sehari semalam 7 – 8 jam
Malam hari mulai tidur jam 22.00
WIB dan bangun kurang lebih jam 04.30 WIB Siang hari tidur 1 – 2 jam mulai jam
14.00 – 15.00 WIB tidak ada gangguan tidur
Tidur memakai bantal dan selimut
dikamar menggunakan lampu tidur Klien tidur malam 7 – 8 jam sulit untuk tidur
dan sering terbangun karena sesak, klien lebih banyak menggunakan waktu untuk
istirahat
Tidur siang kurang lebih 1 jam jam 12.00 s.d 13.00 WIB Klien baru masuk tadi pagi. Siang hari pasien biasa tidur kurang lebih 1 jam jam 10.00 WIB dan terbangun karena sesak nafas , Tidur malam posisi setengah duduk, klien susah tidur, gelisah dan tidak nyenyak.
Tidur siang kurang lebih 1 jam jam 12.00 s.d 13.00 WIB Klien baru masuk tadi pagi. Siang hari pasien biasa tidur kurang lebih 1 jam jam 10.00 WIB dan terbangun karena sesak nafas , Tidur malam posisi setengah duduk, klien susah tidur, gelisah dan tidak nyenyak.
4 Pola Personal Hygiene Mandi 2
kali sehari dikamar mandi, memakai sabun mandi dan selesai memakai handuk.
Gosok gigi 2 kali sehari. Keramas
1 kali seminggu atau bila pasien merasa kotor keramas memakai shmphoo dan ganti
baju sehari sekali. Klien mandi 1 kali di kamar mandi atrau kadang hanya
menyeka badan tidak keramas mandi pakai air hangat, tidak sikay gigi, kadang
mandi dibantu oleh keluarga.
Ganti pakaian 1 kali sehari atau bila merasa kotor. Pasien baru masuk tadi pagi dan belum mandi/dimandikan.
Ganti pakaian 1 kali sehari atau bila merasa kotor. Pasien baru masuk tadi pagi dan belum mandi/dimandikan.
5. Pola Aktifitas Klien di rumah bekerja sebagai sopir bekerja dari pagi sampai dengan jam 06.30 sampai dengan sore kurang lebih jam 17.30 istirahat pada siang hari satu jam, waktu senggang diguanakan untuk nonton TV atau ngobrol bersama kelaurga Klien jarang rekreasi Klien hanya istirahat di tempat tidur klien hanya melakukan aktifitas ringan seperti makan, minum, ganti pakaian, mandi sementara, tidak melakukan, aktifitas berat seperti menyetir mobil dan lain lain. Pasien bed rest segala kebutuhan dibantu keluarga/perawat diatas tempat tidur pasien mengatakan badan terasa lemas.
6. Ketergantungan Klien tidak
punya riwayat ketergantungan pada obat-obatan dan minuman (beralkohol),
Hanya klien setiap pagi dan sore hari selalu minum kopi, klien perokok sehari habis 4-6 batang. Pasien mendapatkan program therapy dari dokter.
Hanya klien setiap pagi dan sore hari selalu minum kopi, klien perokok sehari habis 4-6 batang. Pasien mendapatkan program therapy dari dokter.
f. Data Psikology
Status emosi
Labil, terbukti klien sering
melamun, terkadang malas berkomunikasi. Terkadang mengeluh sesak, dan badan
terasa sakit semua, volume suara datar
Konsep Diri
1. Body
Image
Klien merasa
sedang sakit dan saat ini membutuhkan bantuan, pengobatan dan perawatan dari
dokter perawat dan keluarganya, klien mengatakan sangat terganggu dan menderita
dengan keadaannya sekarang
2. Self
Ideal
Klien merasa
tidak terganggu dengan aturan yang diterapkan oleh pihak RS karena menurut
klien hal ini adalah untuk kesembuhannya.
3. Self
esteem
Klien
mengatakan diperlakukan dengan baik, ramah, sopan dan sabar baik oleh petugas
maupun keluarga dan mendapat bantuan dalam menghadapi sakitnya
4. Role
Klien bersikap
kooperatif saat dilakukan tindakan tinpra, penjelasan dari perawat/dokter.
Klien mematuhi ketentuan tentang hal yang harus dilakukan maupun yang dilarang
klien lebih banyak diam.
5. Identitas
Klien
menyadari saat ini sedang sakit dan lemah bukan individu yang sehat dan mandiri
seperti dahulu. Membutuhkan bantuan dan dukungan penuh dari keluarga untuk
memenuhi segala kebutuhannya.
g. Data Sosial
g. Data Sosial
1. Pendidikan
: tamat SMP
2. Sumber
penghasilan : pasien bekerja sebagai sopir
3. Pola
komunikasi : Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan Indonesia dengan nada suara
lemah, volume suara datar
Klien sering
menanyakan tentang penyakit dan keadaannya sekarang apakah ia bisa cepat sembuh
dari sakitnya
4. Pola
Interaksi
Klien tinggal
serumah dengan istri dan tiga orang anaknya, Klien mengatakan hubungan
dengan semua anggota keluarga berjalan dengan baik (harmonis) dibuktikan dengan
banyak keluarga yang datang menjenguk dan menungguinya.
h. Data
Spiritual
Klien mengatakan beragama islam
Klien mengatakan dirumah rajin menjalakan
ibdah sesuai dengan ajaran agamanya seperti sholat dan mengaji serta berdoa
serta ibadah yang lain
Di Rumah sakit
klien hanya dapat berdoa dan berharap dapat lekas sembuh dan berkumpul dengan
keluarganya.
Di rumah sakit klien tidak bisa melaksanakan
sholat karena sesak dan sakit yang dideritanya, Klien mengatakan menerima
sakitnya sebagai cobaan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
i. Pemeriksaan Fisik
i. Pemeriksaan Fisik
Secara Umum
1.
Keadaan Umum : Pasien berbaring di tempat tidur dengan posisi ½ duduk pasien
tampak lemah dan tampak sakit sedang.
2. Kesadaran :
Composmentis GCS : E4 V5 M6
3. Antopometri
: TB : 168 cm BB : 63 kg
4. Tanda vital
: T : 170/130 mmHg N : 100 x/menit S : 36 5 o C RR : 32 x/menit
Secara khusus
(Chepalo – Cauda)
1. Kepala dan
leher
a. Ekspresi
wajah tegang, tampak gelisah, pucat tampak kusut
b. Rambut :
Pendek, warna hitam, bersih, rambut tidak mudah dicabut bentuk kepala oval dan
tidak ada nyeri tekan. Rambut hitam dan tidak rontok, agak kotor dan tidak ada
ketombe, tidak ditemukan adanya kutu
c. Kulit
kepala : bersih, tidak didapatkan adanya bekas luka, ataupun benjolan abnormal
d. Muka : Tidak tampak adanya bekas luka, bentuk oval, tampak raut klien tampak ekspresi wajah sedih dan gelisah.
d. Muka : Tidak tampak adanya bekas luka, bentuk oval, tampak raut klien tampak ekspresi wajah sedih dan gelisah.
e. Mata Simetris,
kelopak mata cekung konjungtiva anemis, sclera tidak ikterus, pupil isokor,
fungsi penglihatan baik pandangan mata sayu dan tidak bersemangat
f. Hidung :
Mucosa hidung warna merah muda, simetris, septum nasi tegak berada di tengah,
tidak terdapat adanya polip, bersih dan fungsi penciuman baik terpasang O2
nasal kanule pernafsan cepat dan dangkal 32 x/menit
g. Telinga :
Simetris, auricula tidak ada infeksi, liang telinga warna merah muda, bersih
tidak didapatkan adanya cerumen yang mengeras ataua menggumpal, fungsi
pendengaran baik ditandai dengan pasien bisa menjawab pertanyaan dengan spontan
h. Mulut :
Mucosa merah muda, bibir merah muda, tidak kering, lidah bersih, gigi bersih
tidak ada caries, tidak ada radang pada tonsil,tidak terdapat stomatitis,
fungsi mengunyah, pengecapan dan menelan baik tidak dirasakan adanya nyeri
tekan.
i. Leher :
Bersih, trakhea berada di tengah, tidak didapatkan adanya pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada distensi vena jugularis yang berlebihan, tidak didapatkan
adanya pembesaran kelenjar lymfe, movement bebas dan maksimal, fungsi menelan
baik.
2. Pemeriksaan
Thorak
a.
Pulmonum
Inspeksi :
bentuk thorak simetris, bersih, tampak adanya tarikan intercostae yang
berlebihan, pernafasan dan irama cepat dan dangkal, tidak tampak adanya bekas
luka.
Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, gerak nafas cepat dan dangkal, tidak ada pernafasan tertinggal.
Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, gerak nafas cepat dan dangkal, tidak ada pernafasan tertinggal.
Perkusi : Paru sonor kanan dan kiri,
pembesaran paru tidak ada
Auskultasi :
Suara ronkhi pada paru kanan dan kiri basal bawah paru wheezing tidak ada pada
kedua paru.
b. Cor
Inspeksi :
Tidak terlihat adanya ictus cordis, pulsasi jantung tidak tampak
Palpasi :
Teraba Ictus Cordis pada RAI 2 cm med/lat garis MCL , pulsasi jantung teraba
pada apek, Thrill tidak ada
Perkusi :
suara redup (pekak) pada daerah jantung
Batas kanan :
pada sternal kanan
Batas kiri : 2
cm garis MCL S ICS VI Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak ada suara tambahan
dari jantung
3. Abdoment
3. Abdoment
Inspeksi :
Simetris, bersih, tidak didapatkan adanya benjolan atau bekas luka, supel,
perut datar dan tidak membuncit.
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa abnormal
Perkusi :
Suara tympani perut
Auscultasi :
Peristaltik usus lemah, bising usus lemah (9 – 10 x/menit)
4. Ekstremitas
ATAS : Lengkap,
jari tangan lengkap, akral hangat, tidak ada cacat, simetris gerakan maksimal,
tangan kiri terpasang infus RL, kekuatan otot baik, agak anemis pada jari kaki,
turgor kulit baik
Bawah : Lengkap, jari tangan lengkap, bersih tidak ada bekas luka, simetris, movement maksimal, tidak ada luka, tidak ada nyeri, kekuatan baik, tidak ditemukan adanya oedem.
5. Integument
Bawah : Lengkap, jari tangan lengkap, bersih tidak ada bekas luka, simetris, movement maksimal, tidak ada luka, tidak ada nyeri, kekuatan baik, tidak ditemukan adanya oedem.
5. Integument
Turgor baik,
warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada alergi
Tidak ada
alergi atau iritasi kulit, tidak ada kelainan postur tubuh, pergerakan maksimal
Tidak ada
kelainan pada kulit
1. ANALISA DATA
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
DS :
·
Klien mengatakan nafas sesak.
·
Klien mengatakan badan terasa lemah.
·
Klien mengatakan nafsu makan menurun
DO :
·
Keadaan umum lemah
·
Pernafasann cepat dan dangkal
·
Klien nampak kusut dan kurang bersemangat
·
Segala aktifitas dibantu perawat dan keluarga
diatas tempat tidur
·
Kelemahan fisik sekunder terhadap suplay O2
yang tidak adekuat ADL
·
Klien hanya berbaring diatas tempat tidur
·
Penarikan ICS
·
Pandangan mata sayu
·
Klien tampak kurang bersemangat
·
Terpasng O2 nasal kanule
·
T : 170/130 mmHg
·
N : 100 x/menit
·
R : 32 x/menit
·
T : 36 5 o C
·
Porsi makan yang disediakan RS tidak habis
·
Makan hanya kurang lebih 2 – 3 sendok makan.
|
1. peningkatan
permeabilitas alveoli.
2. ketidakseimbangan
antara suplai oksigen miokard.
3. nafsu
makan menurun sekunder terdadap pola nafas yang tidak efektif.
|
1. Gangguan
pertukaran gas.
2. Intoleran
aktivitas.
3. Nutrisi
kurang dari kebutuhan.
|
1. RENPRA
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
1.
2.
3.
|
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
alveoli.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan.
menurun sekunder terdadap pola nafas yang tidak efektif.
|
Gangguan pertukaran gas akan terkurangi yang dibuktikan dengan status
pernapasan : pertukaran gas dan status pernafasan : ventilasi tidak
bermasalah.
Pasien mampu aktif untuk memulai dan memelihara aktifitas dan mampu
beraktivitas.
Mempertahankan berat badan.
Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi
|
Kaji bunyi paru, frekuensi napas,kedalaman dan usaha.
Pantau saturasi O2dengan
oksimeter nadi.
Pantau status mental ex : tngkat kesadaran.
Bantu pasien/keluarga untuk memonitor sendiri kemajuannya terhadap
tujuan yang ingin dicapai.
Bantu dengan aktifitas fisik teratur, ex :ambulansi, transfer,
berpindah dan perawatan pribadi (sesuai kebutuhan).
Bantuan menaikkan berat badan : fasilitasi pencapaian kenaikan berat
badan.
Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
Timbang pasien pada interval yang tepat.
|
terimakasih banyak, sangat membantu sekali artikelnya...
BalasHapushttp://acemaxsshop.com/obat-herbal-jantung-koroner/