Senin, 11 Juni 2012

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASMA BRONCHIALE


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASMA BRONCHIALE
A.      Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan  ciri meningkatnya respon trachea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangandengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.

B.      Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
1.       Faktor Predisposisi
-          Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
2.       Faktor Presipitasi
-          Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a)      Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
b)      Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-obatan
c)       Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan jam tangan.
-          Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu.
-          Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah pribadinya karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
-          Olah raga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat.lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.

C.      Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1.       Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
2.       Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3.       Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.



D.      Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan  sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara: seseorang alergi àmembentuk sejumlah antibodi IgE abnormal à reaksi alergi. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien), faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkhiolus. Bronkhiolus sudah tersumbat sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi hanya sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesulitan mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal in dapat menyebabkan barrel chest.

E.       Tanda dan Gejala
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik: sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara lain: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi pada malam hari.

F.       Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1.       Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2.       Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3.       Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4.       Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5.       Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.

G.     Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
+       Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1)      Pengobatan non farmakologik
a.       Memberikan penyuluhan
b.      Menghindari faktor pencetus
c.       Pemberian cairan
d.      Fisioterapi
e.      Beri O bila perlu
2)      Pengobatan farmakologik
-  Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a.       Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b.      Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
-          Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
-          Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

H.     Pencegahan Serangan Asma pada Anak
1.       Menghindari pencetus
Cara menghindari berbagai pencetus serangan pada asma perlu diketahui dan diajarkan pada keluarganya yang sering menjadi faktor pencetus adalah debu rumah. Untuk menghindari pencetus karena debu rumah dianjurkan dengan mengusahakan kamar tidur anak:
-          Sprei, tirai, selimut minimal dicuci 2 minggu sekali. Sprei dan sarung bantal lebih sering. Lebih baik tidak menggunakan karpet di kamar tidur atau tempat bermain anak. Jangan memelihara binatang.
-          Untuk menghindari penyebab dari makanan bila belum tau pasti, lebih baik jangan makan coklat, kacang tanah atau makanan yang mengandung es, dan makanan yang mengandung zat pewarna.
-          Hindarkan kontak dengan penderita influenza, hindarkan anak berada di tempat yang sedang terjadi perubahan cuaca, misalnya sedang mendung.
2.       Kegiatan fisik
Anak yang menderita asma jangan dilarang bermain atau berolah raga. namun olahraga perlu diatur karena merupakan kebutuhan untuk tumbuh kembang anak. Pengaturan dilakukan dengan cara:
-          Menambahkan toleransi secara bertahap, menghindarkan percepatan gerak yang mendadak
-          Bila mulai batuk-batuk, istirahatlah sebentar, minum air dan setelah tidak batuk-batuk, kegiatan diteruskan.
-          Adakalanya beberapa anak sebelum melakukan kegiatan perlu minum obat atau menghirup aerosol terlebih dahulu.


PENGKAJIAN
1.      DASAR DATA PEMERIKSAAN PASIEN
a.      Riwayat kesehatan masa lalu
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan
b.      Aktivitas/istirahat
Gejala :  kelemahan, kelelahan dan insomnia
Tanda : letargi dan penurunan toleransi terhadap aktivitas
c.       Pernapasan
Gejala : Riwayat adanya/ISK kronis,PPOM,merokok sigaret.
Takipnea, dispnea progesif, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
            Tanda  : Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen.
Perkusi: pekak diatas area konsolidasi.
Fremitus: taktil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi.
Gesekan friksi pleural.
Bunyi nafas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau napas bronchial.
Warna: pucata atau sianosis bibir/kuku.
d.      Sirkulasi
Gejala  : riwayat adanya/GJK kronis.
Tanda  : Takikardia.
Penampilan kemerahan atau pucat.
e.       Integritas ego
Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial
f.       Makanan/Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda : Distensi abdomen.
 Hiperaktif bunyi usus.
 Kulit kering dengan turgor buruk.
g.      Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal.
Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen)
h.      Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala
 Nyeri dada (pleuritik)
 Mialgia, artralgia.
            Tanda : Melindungi area yang sakit.
i.        Keamanan
Gejala : Demam ( mis. 38.5-39,6oC)
Tanda : Berkeringat
Menggigil berulang, gemetar.
j.        Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat mengalami pembedahan; penggunaan alcohol kronis.
DRG menunjukan rerata lama dirawat : 6,8 hari.
           


2.    IDENTITAS PASIEN
Nama                     : An Sy
Umur                     : 10 thn
Alamat                  :Desa perdamaian Gg.cermai Kuala Simpang Aceh Tamiang NAD
Pekerjaan               : -
Jenis kelamin         : laki - laki
Agama                   : islam
Keluhan utama      : Badan lemas, nafas sesak, batuk, nyeri dada.

Pemeriksaan Umum :
Keadaan umum                 : baik
Kesadaran                         : composmetis
Tanda                                : TD: 120/70
Nadi                                  : 110 x/mnt
Suhu                                  : 36 0C
RR                                     : 28 x/mnt
BB sekarang                      : 26 kg
Antropometri :
TB                                     : 142 cm
LK                                     : 49 cm
LILA                                  : 18 cm

Pemeriksaan Fisik :
Kepala                               : warna rambut hitam, kulit kepala bersih
Muka                                 : tidak pucat dan tidak odema
Mata                                  : simetris, konjungtiva tidak anemis, kelopak mata tidak oedema, sklera tidak ikterus
Hidung                              : tidak ada sekret dan polip
Mulut                                : tidak ada stomatitis, lidah bersih, gusi tidak epulis
Leher                                 : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar thyroid
Dada                                 : simetris, ada wheezing, ada ronchi
Perut                                  : tidak ada kembung tetapi terdapat nyeri tekan
Genetalia                           : tidak ada kelainan
Ekstremitas                       : simetris, tidak odema, pada tangan kiri terpasang infus D5 16 tetes/menit
Kulit                                  : turgor baik




ANALISA DATA
DATA
ETILOGI
MASALAH
Ds :
·         Ibu pasien mengatakan  sulit bernafas.
·         Ibu pasien mengatakan batuk.
·         Ibu pasien mengatakan pernafasan pasien mengi saat tidur.
Do :
·         bunyi nafas tidak normal.
·         Makan tidak pernah habis sesuai porsi
·         Pasien sering mual/muntah
·         Pasien tampak bingung, gelisah.
·         TD: 120/70
·         Nadi  : 110 x/mnt
·         Suhu   : 36 0C
·         RR     : 28 x/mnt
·         BB  : 26 kg
1.      Bronkospasme
2.      Penurunan ekpansi paru
3.      Anoreksia,mual/muntah

1.      Bersihan jalan napas tidak efektif
2.      Tidak efektifnya pola nafas
3.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.



























































2.























































3.
Bersihan jalan napas tidak efektif b/d bronkospasme t/d pernyataan sulit bernapas, bunyi napas tak normal (mengi), batuk.

































Tidak efektifnya pola nafas b/d penurunan ekspansi paru t/d gangguan pengembangan dada, bunyi napas tak normal(mengi), batuk.































Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,mual/muntah t/d penurunan berat badan, kelemahan, keengganan untuk makan, kurang tertarik pada makanan.
Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam.
Diharpakan
- Jalan nafas kembali efektif.
- pasien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang.































Setelah dilakukan askep 3x24 jam.
Diharapakan
-Pola nafas kembali efektif.
- ekspansi paru mengembang.
- bunyi napas normal dan bersih.
- batuk berkurang/hilang.
- TTV dalam batas normal.


























Setelah dilakukan askep selama 2x24 jam.
Diharapkan
- BB stabil dgn nilai lab normal.
- Tidak mengalalami tanda malnutrisi
-Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/ataumempertahankan berat badan yg sesuai.

- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas.








- Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi


- Kaji pasien untuk  posisi yang nyaman. Contoh: meninggikan kepala TT, duduk pada sandaran TT
- Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektifan memperbaiki upaya batuk.
- Berikan air hangat.


-  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi:
Brokondilator


- Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekpansi dada catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernapasan/perlebaran nasal.
-  Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.

- Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.






- Observasi pola batuk dan karakter secret.
- Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.



Kolaborasi
- Berikan oksigen tambahan


-  Kaji kebiasaan diet



- Aukultasi bunyi usus.






- Timbang berat badan dan tinggi badan.



- Anjurkan pada ibu klien agar klien hindari dari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.
Kolaborasi
- Konsul dengan tim gizi/tim pendukung nutrisi.





- Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
-beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, mi;penyebarab koreleks basah, bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi, atau tak adnya bunyi nafas(asma berat).
-  takipinea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama srets/adanya proses infeksi akut.
- peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.

-  batuk dapat menetap tapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan.




- penggunaan air hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
- merileks kan otot halus dan menurunkan kongesti local, menurunkan jalan napas, mengi, produksi mukosa.


- kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas. Kedalaman pernapasan bervariasi tergantung derajat gagal napas.


- bunyi napas menurun/tidak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap pendarahan, bekuan atau kolaps jalan napas kecil.
- duduk tinggi memungkinkan ekpensi paru dan memudahkan pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
- kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritasi.
-  dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernapas.
- memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas.


- pasien distress pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.
- penurunan/hiporaktif bising usus menunjukan penurunan motilitas gaster dan konstipasi yang berhubungna dengan pembatasan pemasukan cairan, penurunan aktifitas, dan hipoksemia.
- berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
- suhu ekstim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.



- metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi/kebutuhuan individu untuk memberikan nutrisi maksimal dan upaya minimal pasien/penggunaan energi.
- menurunkan dispnea dan meningkatkan energy untuk makan meningkatkan masukan.



No
Dx kep
Tgl/jam
Implementasi
Evaluasi
1























2













3
15-03-11
10.00wib






















15-03-11
11.30wib












15-03-11
12.00wib
- Mengkaji auskultasi bunyi nafas
- Memantau frekuensi pernafasan
- Meninggikan kepala dr tempat tidur
- Memberikan obat bronkodilator.




















 -Mengkaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekpansi dada.
- Mengobservasi pola batuk pasien.











- Mengkaji kebiasaan diet pasien.
- Mengkaji auskultasi bunyi usus.
- Menimbang BB dan TB.
.
.
S : Keluarga An Sy mengatakan:
    - Setelah dilakukan kaji auskultasi dan memantau frekuensi pernafasn An Sy merasa diperhatiakn oleh perawat.
    - An Sy dpt merespon dgn baik setiap tindakan yg diberikan oleh perawat.
    - An Sy merasa dgn  posisi kepala lbh tinggi dapat bernapas dengan nyaman.
   - An rz nyaman dan tidur nyenyak setelah diberikan obat.

O : TD: 100/60 mm/hg
      RR: 18 x/menit
      HR: 72x/menit
      TEMP: 37oC
An Sy bunyi nafas kembali normal.

A : TTV normal, batuk berkurang, keadaan umum membaik.
P : Lanjut ke dx selanjutnya.


S: Keluarga pasien menga-
    takan:
    - An Sy sudah bernapas dengan normal.
     - An Sy batuk sudah hilang.

O: an Sy sudah bernapas dengan ekpansi paru mengembang.

A: sesak hilang, batuk hilang.

P: Lanjutkan ke dx kep selanjutnya.
.

S: Keluarga An rz mengatakan:
    - an Sy nafsu makan membaik.
   - Bunyi usus 6-12 kali/menit.

O: BB = 30 kg. TB = 143 cm
A: keluarga Sy mengatakan anaknya sudah sangat membaik

P: tidak ada.
   
    
    

3 komentar: